Selasa, 20 Maret 2012




Mengampuni Orang yang Dibenci

Seorang  Guru TK mengadakan "permainan".  Ibu Guru menyuruh anak-anak atau " murid-murid' nya membawa kantong plastik transparan 1 buah dan kentang.

Masing-masing  kentang tersebut  diberi  nama berdasarkan nama orang yang dibenci.  Sehingga jumlah kentang  yang harus dibawa  tidak ditentukan berapa jumlahnya, tergantung dengan jumlah orang yang dibenci.

Pada hari yang telah disepakati masing-masing murid membawa kentang dalam kantong plastik. Ada yang berjumlah 2 buah, ada yang 3 buah bahkan ada yang berjumlah 5 buah.

Murid-murid  harus membawa kantong plastik yang berisi kentang tersebut kemana saja mereka pergi, bahkan ke toilet sekalipun, selama satu minggu.

Hari berganti hari, kentang-kentang itu  mulai membusuk, murid-murid mulai mengeluh, apalagi yang membawa 5 buah kentang, selain berat baunya juga tidak sedap.

Setelah satu minggu murid-murid TK tersebut merasa lega karena penderitaan mereka akan segera berakhir.

Ibu Guru: "Bagaimana rasanya membawa kentang selama satu minggu  anak-anak?"

Keluarlah keluhan dari murid-murid TK tersebut, pada umumnya mereka tidak merasa nyaman harus membawa kentang-kentang busuk tersebut kemanapun mereka pergi.

Gurupun menjelaskan apa arti dari "Permainan" yang mereka lakukan.

Ibu Guru: "Seperti itulah kebencian yang selalu kita bawa-bawa apabila kita tidak bisa memaafkan orang lain. " Sungguh sangat tidak menyenangkan membawa kentang busuk kemanapun kita pergi. Itu hanya satu minggu, bagaimana jika kita membawa kebencian itu seumur hidųp...?"
Alangkah tidak nyamannya.. Karena itu, lepaskanlah pengampunan kepada orang yang Anda benci.

Karena ketika Anda tidak mau mengampuni, Anda seperti sedang memegang bola berduri. Semakin Anda tidak mau melepaskan bola berduri itu, Anda sendiri yang akan merasakan sakit. Oleh karena  itu, tidak ada jalan lain kecuali memberikan pengampunan kepada orang yang kita benci.

Sabtu, 17 Maret 2012

Meditasi Menghasilkan Perubahan Positif pada Otak

Sebuah tim penelitian UW-Madison telah menemukan, untuk pertama kalinya, bahwa program singkat “meditasi kesadaran’ menghasilkan perubahan positif yang kekal pada kedua buah otak dan fungsi sistem kekebalan tubuh. Penemuan ini memberi kesan bahwa meditasi merupakan sebuah teknik yang telah lama diperkenalkan untuk mengurangi kegelisahan dan stres, dapat menghasilkan efek biologis penting yang meningkatkan kegembiraan seseorang.

“Meditasi kesadaran,” sering direkomendasikan sebagai sebuah pencegah stres dan rasa sakit pada penyakit kronis, merupakan suatu latihan yang dirancang untuk memfokuskan perhatian seseorang,dan tidak memikirkan serta merasakan apa-apa. Namun berusaha tenang tanpa menilai atau bertindak berdasarkan pikiran dan perasaan. Tujuannya untuk memperdalam kesadaran sekarang dan disini, menciptakan kemampuan memusatkan perhatian dan mengultivasi emosi yang positif seperti cinta kasih.
Pada lokakarya di UW, secara acak peserta ditempatkan pada satu dari dua grup. Kelompok eksperimen, dengan 25 orang, menerima pelatihan meditasi kesadaran dari seorang pengikut yang sangat terkenal yaitu Jon Kabat-Zinn. Kabat-Zinn adalah seorang pengarang buku terkenal tentang pengurangan stres, meningkatkan kesadaran berdasarkan program pengurangan stres di Pusat Medis Universitas Massachusetts. Kelompok ini mengikuti kelas meditasi selama satu minggu dan mengikuti retret selama tujuh jam selama lokakarya. Mereka juga diharuskan latihan di rumah setiap hari satu jam, selama enam hari. Sedangkan 16 orang  pengawas tidak mengikuti latihan meditasi sampai lokakarya selesai.

Untuk masing-masing kelompok, peserta ditanya bagaimana perasaan mereka untuk menilai. Tim peneliti mengukur aktivitas listrik di bagian depan otak, sebuah area khusus untuk berbagai macam emosi. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa, orang-orang yang biasa bersikap positif, optimis dan selalu berperasaan positif, sisi kiri pada bagian depan area ini menjadi lebih aktif daripada sisi kanan.

Penemuan penelitian itu menegaskan hipotesa penelitian: kelompok pemeditasi menunjukkan peningkatan aktivitas pada bagian sisi kiri daerah depan. Ini menunjukkan bahwa meditasi lebih meningkatkan aktivitas pada otak. Aktivitas ini berhubungan dengan penurunan kegelisahan dan kondisi emosi yang lebih positif.

Tim peneliti juga menguji apakah kelompok pemeditasi mempunyai fungsi imunisasi yang lebih baik daripada kelompok pengawas. Semua peserta lokakarya mendapat sebuah vaksinasi flu pada sesi terakhir dari delapan minggu meditasi. Kemudian, pada empat dan delapan minggu setelah pemberian vaksin, darah kedua kelompok diukur tingkat antibodi yang dihasilkan untuk melawan flu. Sementara kedua kelompok (seperti yang diharapkan) telah meningkatkan antibodi, kelompok meditasi meningkat lebih besar dari kelompok pengawas, pada empat dan delapan minggu setelah menerima vaksin.

“Walaupun penelitian kami ini merupakan permulaan dan lebih banyak penelitian pasti akan memperjelas,” jelas Davidson. Karyawan Promega yang ikut ambil bagian telah memberi kesempatan yang sangat bagus bagi kami untuk memperlihatkan efek biologi yang nyata dari latihan meditasi ini.

Davidson, orang yang terlibat di dalam Institut Kesehatan Emosi di UW, berencana mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap dampak meditasi. Tim penelitiannya juga berencana mempelajari dampak meditasi kesadaran terhadap pasien-pasien dengan penyakit tertentu.(Sumber: Artikel Lisa Brunette)


Profile

Nama Lengkap               :  Yohanes  Sukaryanto
Pendidikan                     :  STF Driyarkara, Jakarta
 Berguru meditasi pada    :
    Anthony de Mello SJ (Guru meditasi KatoliK)
    Sri Sri Rafi Sangkar (Guru meditasi Hindu)
    Pannya  Sagara Merta  Ada (Guru meditasi Budha)
Pengalaman meditasi      :
   Retret Agung   : 30 hari
               Retret Hindu     :  3 hari
   Retret Budha   :  7 hari

Pemberi  Retret  Kelompok